Puisi Jek Atapada
Sumber gambar:
https://psikologi.uma.ac.id/wp-content/uploads/2021/08/stess02.png
Nak, seragam putihmu kian memudar
Di bawah tembok sekolah berlumut
Rindumu kepada bangku dan meja belajar
Hanyalah seberkas duka yang tergolek dalam tong sampah
Dalam dunia yang menghitung apa dan siapa
Kau dicipta untuk terlena
Di atas buku catatan bersolek angka-angka palsu
Yang kelak menyumbat mata penamu
Ketika senja mendaki punggung purnama
Dan kau menguas langit
Dengan liur yang tumpah dari mulut waktu
Adakah di suatu hari kau terjaga
Mencoba memahami perjalanan ini?
Tangan-tangan kasang menggorok leher mimpi
Menenggelamkannya dalam limbah tamadun
Dan kita mulai curiga
Jangan-jangan jalanmu hanya jubah ritual penyembahan
Kepada ruh tak berwujud leban
Tanpa obat anti borok peradaban yang kian menggenang
Seekor murai bertengger di puncak rimba
Melantunkan siul sukma
Melampauwi telinga-telinga yang asyik beronani dalam kamar badani
Ia bernyanyi
untukmu
Demi keadilan yang
hilang
Rindumu sesepi apa?
Ketika teriak
pelantang suara
Menjanjikan jalan
ke masa depan
Sementara sepatu
di kaki kecilmu tetap saja rapuh dan berdebu
Kupang, 21
Oktober 2022
إرسال تعليق
Jangan lupa tulis komentarmu di kolom komentar